photo

Upaya Dalam Menjaga Tauhid

Tauhid secara istilah agama artinya mengimani keberadaan Allah, mengesakan Allah dan tidak mempersekutukannya, serta beriman kepada seluruh nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya. Tauhid sendiri memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Hal ini tercermin dalam rukun Islam yang pertama adalah kalimat syahadat yang merupakan pernyataan akan keesaan Allah SWT dan Rasulullah SAW sebagai utusan Allah.

Tauhidullah atau mengesakan Allah dalam segala hal, baik dengan hati, lisan (ucapan), maupun amal perbuatan sehari-hari adalah merupakan inti utama ajaran Islam. Karena, hal itu menjadi inti utama ajaran para Rasul Allah, sejak dari rasul pertama sampai terakhir. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT QS Al-Anbiya: 25, ''Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku'.''

Selain kedudukannya yang tinggi, tauhid juga merupakan pondasi dalam agama Islam dan segala amalan dalam agama ini. Inilah alasan kenapa setiap nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT selalu menyerukan tauhid dalam dakwahnya. Allah menjanjikan bagi hambanya yang menjaga tauhid akan diharamkan masuk neraka, sebagai mana yang tercantum dalam hadis Rasulullah SAW, yang artinya:

 

“Sesungguhnya Allah mengharamkan memasuki Neraka siapa saja yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dengan mengharapkan wajah Allah.” (HR Al-Bukhari).

Tauhidullah ini harus termanifestasikan melalui keinginan yang kuat untuk membangun persaudaraan dan menebarkan cita-cita ukhuwah Islamiyyah dalam bingkai wihdatul ummah (kesatuan umat). Sebab, harus disadari bahwa hanya dengan kedua pilar inilah (tauhidullah dan wihdatul ummah), umat Islam tidak akan pernah mendapatkan kehinaan dan kemiskinan kapan dan di manapun berada. Allah SWT berfirman dalam QS Ali Imran: 112, ''Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia ....''

Semua praktik ibadah dalam syariat Islam selalu mencerminkan kedua hal ini. Shalat, sebagai contoh, diawali dengan takbiratul ihram yang bermakna meyakini bahwa tidak ada yang mahabesar kecuali hanya Allah SWT, dan karena itu tidaklah pantas beribadah, ruku, dan sujud kecuali hanya kepada-Nya. Diakhiri dengan salam ke kanan dan kiri yang bermakna menebarkan salam kedamaian bagi semua umat. Karena itu, orang yang shalatnya khusyuk akan semakin rendah hati pada Allah SWT dan semakin mencintai sesama umat yang rukuk dan sujud bersama-sama.

 

Mengingat betapa tinggi dan agungnya tauhid itu maka penting bagi kita untuk menjaganya, mengingat bahwa kita sekarang ini berada di zaman modern di mana kesyirikan dan kemungkaran sudah merajalela di mana-mana sehingga dapat menodai tauhid kita.

 

Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan dalam menjaga tauhid:

 

1. Menjauhi Kesyirikan

 

Syirik merupakan dosa paling besar dan paling berbahaya karena dapat membatalkan keislaman seseorang serta dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah. Hal ini juga tercantum dalam surat An-Nisa ayat 48 dan 116 yang artinya:

 

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS An Nisa: 48).

 

Melihat besarnya dosa ini, sudah sepantasnya bagi kita seorang muslim untuk khawatir akan terjerumus ke dalam dosa ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menjauhi kepercayaan pada sesuatu yang bertentangan dengan sunnatullah dan berbau supranatural.

 

Misalnya saja mempercayai ramalan bintang, pergi ke dukun untuk meminta pertolongan, atau mempelajari ilmu sihir yang bisa mencelakakan atau membahayakan manusia. Adapun cara lain yang dapat dilakukan adalah menjauhi sifat riya. Menurut Imam Al Ghazalli, riya adalah amalan yang dikerjakan oleh seseorang untuk mencari kedudukan di hati seorang manusia dengan memperlihatkan amal kebaikan, baik dengan amal shaleh yang nampak maupun amal shaleh yang samar.

 

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa sifat ini termasuk syirik kecil dan menjerumuskan seseorang menuju syirik besar. Karena itulah, penting menjauhi sifat ini. Rasulullah mengajarkan kita sebuah doa yang dapat menjauhkan kita dari kesyirikan.

 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

 

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik kepada-Mu (menyekutukan Allah) di saat aku mengetahui dan aku memohon ampunan dari syirik kepada-Mu (riya) di saat aku tidak mengetahui.”

 

2. Takut Hanya pada Allah

 

Rasa takut kepada Allah merupakan salah satu sifat yang harus dipegang teguh karena merupakan elemen penting dalam merealisasikan sekaligus menjaga tauhid. Allah memerintahkan manusia agar takut kepada-Nya dan melarang takut kepada selain-Nya.

 

”Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit“. (QS Al-Maidah : 44)

 

Rasa takut yang dimaksud dalam hal ini adalah rasa takut terhadap azab Allah akibat melakukan perbuatan haram atau meninggalkan kewajiban, serta takut jika Allah tidak menerima amalan shalehnya. Dengan rasa takut ini, jiwa akan terhalau dari hal-hal yang diharamkan dan bergegas melakukan kebaikan.

 

3. Bertawakal pada Allah

 

Tawakal artinya berserah diri pada Allah, tidak bergantung kepada selain-Nya. Kita sebagai manusia hanya dapat berusaha, sedangkan yang menentukan hasilnya adalah Allah. Karena itu, kita harus berserah diri dan memohon pertolongan kepada-Nya. Allah Swt berfirman yang artinya:

 

“Hai Nabi, cukuplah Allah menjadi Pelindung bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (Qs Al-Anfal: 64).

 

Demikian ketiga cara tersebut semoga dengan kita mengamalkannya kita dapat menjadi hamba yang diridhai Allah Swt. Amiiin

 


Bagikan ke Teman





Rekomendasi Artikel