Jangan Lupa Isi Hatimu
zakatkita.org 11 June 2020 992
OLEH: EVIE SILFIA ZUBAIDI
Dalam kitab Fawaaidul Fawaai, Imam Ibnul Qaayyim Al-Jauziyah menyebutkan bahwa setidaknya ada empat pilar kekufuran yang kadang bercokol di dalam diri manusia. Keempat pilar tersebut adalah sifat sombong, dengki, marah dan syahwat.
1. Kesombongan akan menghalangi seorang hamba untuk bersikap tunduk dan patuh.
2. Kedengkian akan menghalangi seorang hamba untuk menerima nasihat, apalagi melaksanakannya.
3. Kemarahan akan menghalangi seorang hamba untuk berlaku adil.
4. Syahwat akan menghalangi seorang hamba untuk tekun dalam beribadah.
Selanjutnya beliau berkata, “Sungguh melenyapkan gunung dari tempatnya lebih mudah daripada melenyapkan keempat pilar kekufuran tersebut dari dalam diri seseorang. Bila keempat hal tersebut telah bercokol dalam hatinya, maka amalannya tidak ada lagi yang benar dan jiwanya pun tidak akan pernah bersih.”
Untuk itu jangan lupa isi hatimu. Dengan apa?
Dengan mengenal Allah ﷻ. Karena Allah ﷻ adalah sumber kebaikan dan motivasi terbaik untuk melakukan kebaikan. Dan kebaikan itulah yang akan menghadirkan iman dalam hatimu.
Karena mencintai iman dan menjadikan keimanan di dalam hati merupakan puncak keimanan.
Karena bagi orang yang beriman, mencintai kebaikan dan membenci kejahatan merupakan satu paket yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang beriman tidak bisa mencintai kebenaran sekaligus kejahatan.
Demikian pula sebaliknya, orang beriman tidak bisa membenci kekufuran sekaligus mencintai keimanan. Untuk itu jangan lupa isi hatimu. Sebagaimana
Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya kebaikan itu mendatangkan ketenangan, sedang kejelekan itu senantiasa memunculkan kegelisahan.” (HR. Al Hakim).
Untuk itu anakku, jangan lupa isi hatimu. Dengan kebesaran Allah ﷻ. Karena kotornya hati tidak lebih dari tidak mengenal Allah ﷻ. Karena rusaknya hati, bersebab tidak mengetahui tentang perjalanan iman.
Mari kita perlahan memaknai kejahatan-kejahatan hati. Bahwa kemarahan itu tak ubahnya seperti binatang buas, yang apabila dilepaskan oleh pemiliknya, niscaya ia akan menerkam dirinya. Syahwat itu tak ubahnya api, bila api itu dinyalakan, niscaya akan membakar dirinya. Kesombongan itu, layaknya seorang yang berhasil merebut kerajaan kita, yang jika tidak membinasakan kita, ia pasti akan mengusir kita dari kerajaan kita sendiri. Adapun kedengkian, sifat ini diibaratkan dengan memusuhi orang yang lebih mumpuni atau ahli daripada kita.
Untuk itu anakku, jangan lupa isi hatimu dengan mengenal Allah ﷻ sampai tumbuh kokoh imanmu. Sampai bersih hatimu. Sampai engkau menyukai kebaikan dan membenci keburukan.
“Kebaikan adalah akhlak terpuji, sedangkan dosa adalah apa yang meresahkan jiwa dan kamu tidak suka bila dilihat orang lain.” (HR. Muslim).
“Tanyakan pada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa yang membuat jiwa dan hatimu tentram, sedangkan dosa adalah apa yang membuat jiwa dan hatimu gelisah meskipun orang lain berulang kali membenarkanmu.” (HR. Ahmad).
Dikisahkan, Rasulullah ﷺ sedang duduk-duduk bersama sahabat-sahabatnya. Beliau bersabda, “Sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian, seorang penduduk surga.” Baru saja Rasulullah ﷺ diam dari sabdanya, tampak seorang sahabat Anshar datang. Jenggotnya masih basah terkena bekas air wudhu. Dan terlihat tangan kirinya sedang menenteng kedua sandal yang ia punya.
Keesokan harinya, Nabi Muhammad ﷺ kembali mengatakan satu hal yang sama persis, dan muncul kembali orang dengan ciri-ciri yang sama seperti kemarin. Hal yang sama persis seperti ini kembali terulang hingga pada hari ketiga. Pada hari ketiga tersebut, usai Rasulullah ﷺ berdiri meningalkan majelis, salah seorang sahabat, Abdullah bin Amir bin Al Ash membuntuti orang yang dimaksud Rasulullah ﷺ tersebut dan berkata, “Aku sedang punya masalah dengan ayahku. Dan aku berjanji untuk tidak masuk rumahnya selama tiga hari. Bolehkah aku menginap di rumahmu sampai tiga hari?” “Ya, silakan,” jawab lelaki yang Rasulullah ﷺ pastikan akan masuk surga itu.
Abdullah bin Amr bin al Ash kemudian menginap di rumah lelaki tersebut selama tiga hari. Ia menyebutkan, “Tidak ada yang istimewa dari lelaki itu. Hanya saja, aku tidak pernah mendengarnya mengatakan apapun kecuali dengan ucapan yang baik.” Maka ia pun berterus terang kepada laki-laki Anshar itu, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya antara aku dan ayahku tidak ada masalah. Tapi aku mendengar Rasulullah ﷺ mengatakan hingga tiga kali, ‘Akan muncul di hadapan kalian seorang penduduk surga.’ Lantas engkaulah yang tiba-tiba datang.
Hal itu yang mendorongku untuk menginap di rumahmu supaya aku bisa melihat dan meniru amalmu. Namun aku justru tidak melihatmu melakukan banyak amal. Sebenarnya amalan apa yang yang mengantarmu, hingga pada derajat sebagai mana sabda Nabi ﷺ bahwa engkau min ahlil jannah?”
Lelaki itu berkata, “Amalanku hanyalah yang engkau lihat, hanya saja aku tidak menemukan perasaan dengki dalam hatiku kepada seorang muslim pun dan aku tidak pernah hasad kepada seorangpun atas kebaikan yang Allah ﷻ berikan kepadanya.”
Mendapat jawaban ini, Abdullah menimpali, “Inilah amalan yang mengantarkan engkau menjadi penduduk surga. Dan inilah yang kami tidak mampu.”
Bagikan ke Teman