photo

        Pembinaan ibadah merupakan penyempurna dari pembinaan aqidah. Juga merupakan cerminan dari aqidah. Ketika ananda memenuhi panggilan Rabbnya dan melaksanakan perintah-perintahNya, berarti ia menyambut kecenderungan fitrah yang ada dalam jiwanya, sehingga fitrah iman tersebut akan dapat tumbuh dan berkembang.

        Masa kanak-kanak bukanlah masa pembebanan atau pemberian kewajiban. Ia adalah masa persiapan, latihan dan pembiasaan untuk menyambut masa pembebanan kewajiban (taklif) ketika ia telah baligh nanti. Dengan begitu, kelak pelaksanaan kewajiban akan terasa mudah dan ringan, di samping juga sudah mempunyai kesiapan yang matang untuk menyelami kehidupan dengan penuh keyakinan.

        Ibadah pada Allah ﷻ akan memberikan pengaruh yang mengagumkan pada jiwa ananda. Ia akan mampu menjadikannya selalu merasa berhubungan dengan Allah ﷻ. Ibadah mampu meredam gejolak kejiwaan dan mengendalikan hawa nafsu, sehingga jiwanya akan lurus melalui munajat kepada Allah ﷻ.

        Rasulullah ﷺ memberikan kabar gembira yang besar kepada anak-anak yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah ﷻ. Imam Thabrani meriwayatkan dari Abu Umamah ra bahwa ia berkata, Rasulullah ﷻ bersabda, “Tidaklah seorang anak yang tumbuh dalam ibadah sampai ajal menjemputnya melainkan Allah akan memberikan pahala kepadanya setara dengan pahala sembilan puluh sembilan pahala shiddiq (orang yang benar/jujur).”

        Kewajiban orang tua untuk menanamkan kecintaan beribadah pada ananda, khususnya ibadah shalat, puasa, zakat, dan haji. Namun karena keterbatasan halaman, di bawah ini saya hanya akan membahas tentang ibadah shalat dan puasa saja.

Mengajarkan shalat

        Anak-anak saat kecil tidak bisa ditinggal shalat lama-lama, bahkan terkadang kita harus menggendong anak sambil melaksanakan shalat.  Tapi itu hanya sebentar, waktu berlalu, dan tiba-tiba saja mereka sudah hafal gerakan shalat dan melakukan shalat dengan gembira.

        Kata Ustadz Harry Santosa anak jangan buru-buru dipaksa tertib bacaan dan gerakan shalat. Biarkan mereka terlebih dulu mencintai ibadah shalat. Baru ketika mereka berusia tujuh tahun, mulai diajarkan pelan-pelan untuk tertib.

        Ada kalanya ananda malas saat diajak shalat. Entah karena lelah atau sedang ingin bermain. Saat anak melaksanakan shalat dengan terpaksa, seusai shalat jangan lupa mencium, memeluk, dan memangku mereka seraya mendoakannya dengan bahasa yang ia pahami. Insya Allah akan lebih mudah mengajaknya shalat di waktu shalat yang berikutnya.

Mengajarkan cinta masjid

        Mengapa para orang tua harus berusaha mengajak anak-anaknya untuk mencintai masjid. Sebab kecintaan kepada masjid akan dapat  menguatkan iman dan aqidah, selain itu masjid secara Ilahiyah adalah rumah Allah ﷻ yang tentu ada banyak keutamaan yang akan diperoleh bila seseorang gemar memakmurkan masjid.

        Dalam satu hadits disebutkan, “Apabila kamu melihat orang yang terbiasa masuk masjid maka saksikanlah bahwa dia beriman karena sesungguhnya Allah telah berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 18: ‘Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah-lah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

        Orang yang terbiasa ke masjid sudah barang tentu orang yang beriman dan karena itu ada rasa cinta, nyaman dan rindu untuk senantiasa memakmurkan masjid. Jika hal ini menjadi satu indikator keimanan seorang Muslim, maka sudah sepatutnya para orang tua mengajak anak-anaknya untuk mencintai masjid.

        Namun terkadang atas nama kekhusyukan ibadah kalangan dewasa, anak-anak dilarang masuk ke masjid. Akhirnya, anak-anak sekarang ada rasa takut, canggung dan tidak nyaman pergi ke masjid. Semoga makin banyak masjid yang ramah terhadap anak-anak, sebab anak-anak inilah yang kelak menjadi penerus pemakmur masjid.

Mengajarkan puasa

        Dari Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus seseorang ke salah satu suku Anshar di pagi hari Asyura.” Beliau bersabda, “Siapa yang di pagi hari dalam keadaan tidak berpuasa, hendaklah ia berpuasa. Siapa yang di pagi harinya berpuasa, hendaklah berpuasa.” Ar Rubayyi’ mengatakan, “Kami berpuasa setelah itu. Lalu anak-anak kami pun turut berpuasa. Kami sengaja membuatkan mereka mainan dari bulu. Jika salah seorang dari mereka menangis, merengek-rengek minta makan, kami memberi mainan padanya. Akhirnya pun mereka bisa turut berpuasa hingga waktu berbuka.” (HR. Bukhari no. 1960 dan Muslim no. 1136)

        Ibnu Batthol menjelaskan bahwa para ulama sepakat, ibadah dan kewajiban barulah dikenakan ketika telah baligh (dewasa). Namun kebanyakan ulama sudah menyunnahkan (menganjurkan) mendidik ananda untuk berpuasa sejak kecil, begitu pula untuk ibadah lainnya. Hal ini untuk keberkahannya dan agar membuat mereka terbiasa sejak kecil, sehingga semakin mudah mereka lakukan ketika telah diwajibkan.

        Tips lain yang bisa dilakukan adalah mengajak ananda makan sahur bersama keluarga agar memiliki energi untuk berpuasa. Menu makan sahur pun diusahakan dibuat yang mengandung lemak dan tambahan susu. Ketika ananda sudah mau berpuasa, maka berilah ananda motivasi dan penghargaan, apalagi bila sudah berhasil berpuasa satu hari penuh. Penghargaan tidak harus berupa tambahan uang saku tapi bisa juga dengan memberikan menu spesial kesukaan anak saat berbuka. Tips terakhir, berbuka puasa dengan yang manis-manis sebab bisa mengembalikan energi pada anak.

 

Penulis: Hani Fatma Yuniar

 

#Laznasnurulhayat #zakatkita


Bagikan ke Teman





Rekomendasi Artikel