Bahaya Memendam dan Menimbun Harta Dalam Islam
zakatkita.org 08 February 2022 15914
Bahaya Memendam dan Menimbun Harta
Dalam Islam
''Dan orang-orang yang menyimpan emas
dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, Pada hari dipanaskan emas
perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan
punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: ''Inilah harta bendamu yang
kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa
yang kamu simpan itu.'' (QS At Taubah [9]; 34-35)
Harta yang Allah sediakan itu untuk
semua mahluk-Nya, bukan untuk sebagian orang. Terjadinya kaya-miskin dalam
hidup manusia itu sunnatullah yang tidak bisa dihindari. Karenanya Allah SWT,
mengajarkan dalam Al Qur'an keharusan saling membantu. Allah sangat benci
kepada orang-orang yang kikir dan gemar menumpuk harta. Ayat di atas adalah
bukti nyata kebencian Allah kepada mereka yang suka menyimpan harta tanpa
memperhatikan hak-hak orang miskin. Dalam firmannya Allah menjelaskan, ''Bahwa
manusia tidak akan pernah mencapai titik stabil dalam meraih kebahagiaan jika
tidak melakukan banyak hal, di antaranya ia menyadari bahwa dalam hartanya ada
hak-hak orang miskin.'' (QS Al Ma'arij [70]:19-25).
Rasulullah SAW. dalam banyak hadisnya
menggambarkan betapa mengerikan akibat yang kelak akan dihadapi oleh mereka
yang suka menumpuk harta tanpa memberikan hak-hak fakir miskin sesuai dengan
ketentuan agama. Abu Hurairah meriwayatkan hadits yang sangat panjang sebagian
teksnya sebagai berikut: ''Tiada seorangpun yang menyimpan harta dan tidak mau
mengeluarkan zakatnya melainkan akan dipanaskan harta itu di neraka Jahanam
sampai menjadi kepingan logam lalu disetrikakan ke kedua pinggang dan
keningnya. Begitu seterusnya (selama berada di padang Mahsyar) di mana satu
hari sama dengan lima puluh ribu tahun, sampai tiba saatnya Allah mengadilinya.
Setelah itu baru ditentukan nasibnya apakah ia masuk surga atau masuk
neraka...''.
Masih termasuk kandungan hadits
tersebut, diterangkan di dalamnya bahwa jika seseorang di dunia suka menyimpan
unta, tanpa membayarkan zakatnya, kelak ia akan ditelentangkan di sebuah
lapangan yang luas, lalu unta-unta itu dihalau untuk menginjak-injak tubuhnya,
sampai tiba saatnya Allah mengadilinya lalu ditentukan apakah ia masuk surga
atau neraka.
Dalam hadits yang lain Nabi SAW.
menceritakan bahwa harta yang disimpan itu kelak di hari Kiamat akan menjelma
menjadi seekor ular botak, di atas kedua matanya ada warna hitam (menunjukkan
bahwa ular tersebut banyak mengandung racun). Lalu ular tersebut melilit di
tubuh pemiliknya, dan siap menerkamnya, sambil berkata: aku hartamu yang kau
simpan di dunia.
Saat ini, di mana-mana banyak
masyarakat, penjual, dan lainnya yang melakukan penimbunan atau penyembunyian
harta atau barang. Seperti halnya yang kita lihat di televisi, semua berita
kebanyakan tentang penyembunyian harta. Padahal sebenarnya, di dalam islam yang
namanya orang yang menimbun atau menyembunyikan hartanya yang dikumpulkan adalah
musuh nyata dari masyarakat.
Jadi mereka sudah mempersulit jalannya
industri kalau begitu caranya bisa menghambat kemajuan dan pembangunan Negara.
Seharusnya harta yang mereka punya digunakan untuk menghasilkan
keuntungan masyarakat dan kapitalis-kapitalis itu sendiri.
Para ulama juga ada yang mengatakan
menimbun barang atau yang sering disebut dengan ihtikar ini adalah membeli
sesuatu dan menahannya agar menjadi langka disekitaran masyarakat sehingga
harganya naik yang menyebabkan kemudaratan pada manusia. Di dalam hadis sudah
dikatakan bahwa yang namanya menimbun atau menyembunyikan harta atau barang itu
dosa: "Dari Ma ' mar ia berkata, Rasul SAw bersabda: barang siapa yang menimbun
barang, maka ia bersalah ( berdosa )" ( HR Muslim ).
Menimbun atau menyembunyikan dalam
syara' itu berarti ihtikar yang artinya adalah tindakan menyimpan atau menimbun
harta yang tidak ingin dijual atau diberikan kepada orang lain. Tindakan
seperti ini menimbulkan sifat keserakahan atau ketamakan didalam diri kita.
Sifat yang seperti inilah yang membuat kita selalu merasa kekurangan. Orang
yang menimbun barang ini hanya ingin menuruti nafsu mereka yang hanya ingin
untung dan untung.
Tetapi mereka tidak memikirkan orang lain
yang membutuhkan barang itu. Seperti contohnya orang yang memasok barangnya di
pasar, mereka tidak cepat-cepat memasok barang tersebut. Mereka menunggu waktu
hingga harga jualnya melonjak. Mereka melakukan hal itu hanya semata-mata ingin
mendapatkan untung. Orang yang seperti itu hanya akan membuatnya susah dan di
akhir hidup, mereka akan menderita. Dan akhirnya harta yang selama ini mereka
kumpulkan dan mereka simpan tidak akan berguna di Hari Pembalasan nanti.
Dan semua keuntungan yang mereka dapat
selama ini didunia tidak akan berguna begitu juga di alam baka. Yang ada mereka
akan ditanya tentang kebenaran dan keadilan serta perbuatan yang
bermanfaat bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Orang yang sering menyembunyikan
harta tidak akan mendapatkan manfaat dari kekayaan yang selama ini mereka
kumpulkan di dunia dan juga akan kehilangan kebahagiaan akhirat. Selain itu
mereka juga akan merasakan kesengsaraan dan penderitaan akibat ulah mereka yang
telah mengambil hak orang lain.
Para ulama juga menyatakan siapa pun
yang menimbun harta serta tidak membelanjakannya dijalan Allah diancam dengan
siksa yang pedih. Penimbunan harta adalah kejahatan yang besar. Karena sama
artinya dengan membuntuhkan aliran harta yang telah Allah anugerahkan kepada
mereka. Oleh karena itu, islam melarang menimbun harta dan sebaliknya
mendorong jalannya harta diantara semua bagian masyarakat. Mereka diingatkan
untuk tidak menyimpan, menimbun atau menumpuk menumpuk harta demi kepentingan
diri sendiri tapi dengan sukarela menggunakannya demi kemaslahatan, dirinya
maupun masyarakat.
Bisa kita ambil hikmah, bahwa dibalik
diharamkannya penimbunan adalah janganlah kita bersifat tamak atau serakah.
Karena islam adalah agama yang bertujuan memberikan dan merealisasikan
kemaslahatan untuk masyarakat lainnya serta mencegah dari kemudharatan
Bagikan ke Teman