Imam Samudra, nama yang tak asing di telinga kami. Ia adalah siswa kelas 5 SD dari Desa Malingmati, Tambakrejo, Bojonegoro. Sejak kecil, Imam sudah merasakan pahitnya kehilangan—ayah dan ibunya telah tiada. Kini ia tinggal bersama simbah tercinta, Mbah Salem, dan kakaknya, Doni Setiawan, yang seusia SMP namun berkebutuhan khusus sehingga tidak bersekolah.

Siang itu, tim Nurul Hayat bersilaturahmi ke rumah sederhana mereka. Imam baru pulang sekolah, masuk rumah sambil menyapa, “Assalamu’alaikum,” lalu menjabat tangan kami dengan sopan. Tangan mungilnya terasa kasar—tanda ia terbiasa bekerja keras membantu simbah tanpa mau merepotkan orang lain.

Mbah Salem bercerita, sejak kedua orang tuanya tiada, beliau merawat kedua cucunya penuh kasih sayang. Untuk bertahan hidup, ia memelihara kambing dan ayam. Imam pun sering ikut mencari rumput, membersihkan rumah, dan membersihkan kandang.

Setiap hari Imam berangkat sekolah sejauh 2 km, kadang menumpang tetangga, kadang berjalan kaki. Sore harinya ia tetap semangat mengaji meski harus berjalan sekitar 0,5 km. Meski sering diejek oleh teman-teman sebaya, semangat Imam untuk belajar tidak pernah padam.

Kini, harapan sederhana itu hadir: Imam ingin punya sepeda baru, perlengkapan sekolah dan ngaji, serta beasiswa agar bisa terus menuntut ilmu.

Sahabat Sejuk, mari kita bantu mewujudkan cita-cita adik Imam. Semoga setiap rupiah yang kita sisihkan menjadi amal jariyah dan dibalas Allah dengan sebaik-baik balasan.

==========================================